Rabu, 18 April 2012

^Kemuliaan Wanita dalam Islam Menuntunnya Menuju Hidayah^



Islam agama yang penuh dengan keindahan...
Keindahannya membuat hati orang-orang kafir bergetar, tidak jarang diantara mereka yang tersentuh hatinya untuk memeluk Islam. Begitu juga dengan keagungan Islam dalam menjaga wanita, telah membuat wanita-wanita di luar Islam tersanjung, termasuk seorang wanita berkewarganegaraan Amerika ini. Ikuti kisahnya dalam postingan berikut.

Kisah nyata yang terjadi di Amerika tentang seorang pemuda yang komitmen terhadap agamanya. Ia bercerita
Ketika belajar di salah satu perguruan tinggi di Amerika, seperti yang telah anda ketahui bahwa kondisi belajar di sana bercampur antara laki-laki dan perempuan. Dan ini adalah suatu keharusan, saya tidak pernah mengajak berbicara perempuan, tidak meminta sesuatu pun kepada mereka dan tidak  menoleh kepada mereka ketika berbicara. Seorang doktor menghormati sikapku ini, ia berusaha tidak meletakkanku  pada posisi yang mengharuskanku bercampur dan berbicara dengan mereka.
Keadaan seperti ini terus berlanjut hingga kami sampai di semester akhir. Doktor itu memenemuiku, ia berkata kepadaku, “Saya memahami dan menghormati keinginan and, untuk tidak bercampur dengan perempuan. Namun pada waktu mendatang, ada sebuah tugas yang wajib dilakukan dan anda harus menyesuaikan diri, yaitu menulis skripsi. Karena kalian akan dibagi dalam beberapa kelompok yang dicampur antara laki-laki dan perempuan, supaya kalian menulis skripsi yang ditugaskan kepada kalian. Dan yang akan bergabung dengan kelompok anda adalah seorang perempuan Amerika.” Maka saya pun tidak dapat menghindarinya.
Pertemuan antara kami di kuliah berlangsung dalam satu meja. Saya tidak melihat perempuan tersebut. Jika saya berbicara, saya berbicara dengannya tanpa melihatnya. Jika ia memberiku kertas, saya mengambilnya tanpa melihat kepadanya. Perempuan tersebut untuk beberapa saat dapat bertahan menghadapi keadaan seperti ini.
Pada suatu hari dia marah dan berdiri seraya mencelaku dan mencela orang-orang Arab. Ia berkata, “Kalian tidak menghormati perempuan dan kalian terbelakang.” Tidak ada satu kata pun yang ada di dalam kamus kecuali ia katakan.
Saya membiarkannya hingga selesai bicara dan tenang dari kemarahannya. Saya katakan kepadanya, “Seandainya anda memiliki sebutir permata yang mahal, apakah anda tidak menyimpannya dalam sebuah kain yang halus dengan penuh hati-hati, kemudian anda letakkan di dalam lemari dan menyembunyikannya dari pandangan manusia?” Ia menjawab, “Ya.”
Selanjutnya saya berkata, “Begitu juga dengan wanita di dalam agama kami, ia sangat mahal, ia tidak boleh dibuka kecuali untuk suaminya…Ia dan suaminya tidak pernah melakukan hubungan  sebelum menikah dan juga tidak pernah pacaran sebelumnya. Masing-masing saling menjaga lawan jenisnya dan mereka berdua saling mencitai dan menghormati. Seorang istri tidak boleh memandang laki-laki selain suaminya, begitu juga seorang suami.”
“Adapun di sini di kalangan anda, perempuan seperti puntung rokok ganja, dua atau tiga orang menikmatinya kemudian ia menggilirkannya kepada temannya, dan teman-temannya menggilirkan kepada yang lainnya dan kepada yang lainnya lagi, begitu seterusnya hingga habis, lantas dibuang di antara kaki-kaki dan diinjak. Selanjutnya mereka mencari yang lain lagi dan begitu seterusnya.”
Setelah perdebatan ini, ia tidak bergabung dengan kelompok saya selama seminggu, bahkan lebih. Suatu hari seorang perempuan datang dengan memakai hijab, ia duduk di kelas bagian belakang. Saya terkejut, karena selama kami belajar di kampus ini tidak ada seorang wanita pun yang berhijab.
Ketika jam pelajaran telah habis ia berbicara dengan kami, ternyata tidak lain ia adalah perempuan Ameriaka itu, yaitu salah seorang anggota kelompok kami dan salah seorang yang telah berdebat denganku. Ia berkata bahwa ia bersaksi, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan ia telah memeluk Islam. Karena, -menurut perkataannya- ia bergetar dengan kata-kataku dan ia pun terbisu. Segala puji bagi Allah dan milikNyalah segala karunia.”

Dikutip dari Buku "AKHIRNYA MEREKA MEMILIH ISLAM" terbitan Darul Haq.


0 komentar:

Posting Komentar